Selasa, 02 Juni 2009

PELUANG PENDIDIKAN DIPLOMA 3 (D3) KEFARMASIAN
DALAM MEMASUKI DUNIA KERJA

Mengikuti perkembangan yang terjadi pada era globalisasi saat ini, mau tidak mau harus diikuti oleh perkembangan ilmupengetahuan yang mendukung. Sudah bukan menjadi rahasia umum lagi kalau pertumbuhan dunia pendidikan di Indonesia juga menunjukkan angka yang signifikan. Mulai dari pendidikan pra sekolah, dasar, menengah sampai pendidikan tinggi. Hal ini menunjukkan adanya kemauan untuk mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan masyarakat. Dengan ingin menunjukkan kelebihannya, terutama lembaga pendidikan tinggi. Dengan segala daya dan upayanya, mereka berusaha mendapatkan peserta didik sebanyak mungkin, hanya untuk pemenuhan kebutuhan materi dan eksistensinya. Hal itu bisa kita lihat dari banyaknya ( terutama sarjana) yang merasa kesulitan untuk mendapatkan pekerjaan yang sesuai dengan latar belakang pendidikannya. Bahkan menjadi pengangguran terpelajar yang “sukses”.
Terbentuknya suatu komunitas pengangguran terpelajar yang “sukses” ini, menunjukkan ketidak siapan lembaga pendidiknya kurang mampu menjawab tantangan dunia kerja. Mengapa ??…..
Karena lembaga pendidikan tersebut jurusan maupun kompetensi yang diajarkan kurang atau bahkan sama sekali tidak sesuai dengan kebutuhan dunia kerja modern. Kebutuhan dunia kerja saat ini, disamping kompetensi yang bagus, juga harus didukung ketrampilan yang mendukung dibidangnya. Kalau pola yang diterapkan di lembaga pendidikan tinggi masih tetap seperti ini, pada tahun-tahun mendatang pengangguran-pengangguran terpelajar yang “sukses” akan semakin banyak dan muncul di semua lapisan masyarakat.
Dunia pendidikan tenaga kesehatanpun seolah juga tidak mau ketinggalan dalam pemanfaatan fenomena tersebut. Khususnya pendidikan diploma 3. Akademi Kebidanan (AKBID) dan Akademi Keperawatan (AKPER) muncul seperti jamur di musim hujan. Dengan segala kapasitas dan kwalitas yang mereka punyai, mereka tidak mau kalah dalam perebutan makanan dengan lembaga-lembaga pendidikan lainnya. Lain halnya dengan pendidikan kesehatan kefarmasian. Cenderung stagnan. Itu bisa kita lihat dari jumlah lembaga yang mengelola pendidikan kefarmasian yang ada di sekita kita. Untuk di wilayah Jawa Timur, AKFAR ada dua. Satu di Malang dan satunya di Kediri. Sedangkan AKAFARMA ada tiga. Di Malang, Kediri dan Ponorogo. Ini jelas jauh lebih sedikit dibanding AKBID maupun AKPER. Dengan sedikitnya jumlah lembaga yang mengelola pendidiksn kefarmasian, tentunya peluang kerja lulusannya akan semakin besar.
Peluang kerja dunia kefarmasian tidak hanya berkutat di bidang obat-obatan saja. Kebanyakan dari masyarakat kita , kalau mendenga kata “farmasi” konotasi pemikirannya langsung merujuk ke bidang obat-obatan. Padahal kalau kita mau melihat lebih dalam, dunia kefarmasian itu meliputi obat, obat tradisional (jamu), alat kesehatan, kosmetika, makanan dan minuman. Mulai dari proses di produksi, peredaran di masyarakat sampai keamanan penggunaan di tangan konsumen, masih dalam pengawalan dan pengawasan kefarmasian. Kalau kita merujuk mengenai tingkat kebutuhan dan lingkup dunia kefarmasian di atas, tentu peluang kerja bidang kefarmasian menjadi lebih besar.
Putra Indonesia Malang adalah salah satu lembaga pendidikan tenaga kefarmasian di Jawa Timur dan satu-satunya di Malang. Sebagai lembaga pendidikan kefarmasian satu-satunya di Malang, menyambut dan menjawab kebutuhan dunia kerja secara professional. Disamping kemampuan kompetensi dan keahlian di bidang kefarmasian, Kurikulum pendidikan di Putra Indonesia Malang senantiasa mengacu pada kriteria-kriteria kebutuhan dunia kerja. Ini dibuktikan dengan tidak adanya alumni PI-M yang menjadi pengangguran. Bahkan untuk kondisi saat ini mereka cenderung sudah mendapatkan pekerjaan pada akhir masa perkuliahannya. Tanpa menunggu harus lulus dan di wisuda dulu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar